Sabtu, 29 September 2012

DEFINISI TURNOVER

Turnover intentions (intensi keluar) adalah kecenderungan atau niat karyawan  untuk  berhenti bekerja  dari pekerjaannya  (Zeffane,  1994).  Menurut Bluedorn dalam Grant  et  al., (2001) turnover intention adalah kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan organisasi    atau mengundurkan    diri secara sukarela dari pekerjaanya. Lebih lanjut dijelaskan Mobley, Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., (2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya   turnover   dalam   sebuah  perusahaan. Intensi  keluar (turnover intensions) juga dapat diartikan sebagai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi. Turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian atau kematian anggota organisasi.

Robbins (1996), menjelaskan bahwa turnover dapat terjadi secara sukarela (voluntary turnover) maupun secara tidak sukarela (involuntary turnover). Voluntary turnover atau quit merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi  secara  sukarela   yang  disebabkan   oleh  faktor  seberapa   menarik pekerjaan yang ada saat ini, dan tersedianya alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan keputusan pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja dan bersifat uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya.

Turnover didefinisikan sebagai tingkat pekerja yang meninggalkan pekerjaan atau perusahaan.  Lebih spesifik, involuntary turnover adalah pemisahan yang dilakukan oleh organisasi (PHK),  dan voluntary turnover  adalah  terjadi ketika perusahaan lebih menyukai pekerja tetap pada pekerjaannya,contohnya pengunduran diri, pindah, dll.

Keinginan  untuk  pindah  atau  turnover  intention  adalah  kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaanya (Bluedorn, 1982 dalam Grant et al., 2001). Lebih lanjut menurut Mobley (1979), Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., 2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perusahaan.

Menurut  Bedian  dan  Achilles  (1981);  Netemeyer  et  al,  (1990);  Sager (1994) dalam Grant et al., (2001), semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen organisasi diharapkan akan menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk meninggalkan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas dengan aspek- aspek  pekerjaannya  dan tidak  memiliki  komitmen  terhadap  organisasinya  akan lebih mungkin mencari pekerjaan pada organisasi yang lain

Menurut Harninda (1999:27), intensi  turnover  pada  dasarnya  adalah sama dengan keinginan berpindahnya karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja  lainnya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa intensi turnover adalah keinginan untuk berpindah, belum pada tahap realisasi yaitu melakukan perpindahan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya.

Harnoto  (2002:2)  juga menyatakan intensi  turnover  adalah  kadar  intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan timbulnya intensi turnover ini dan diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pendapat tersebut juga relatif sama dengan pendapat yang  diungkapkan sebelumnya, bahwa intensi turnover pada dasarnya adalah keinginan untuk meninggalkan (keluar) dari perusahaan.

Toly (2001) menyatakan tingkat keinginan berpindah yang tinggi para staf akuntan telah menimbulkan biaya potensial untuk Kantor Akuntan Publik (KAP).  Pendapat ini menunjukkan bahwa intensi  turnover  merupakan bentuk keinginan karyawan untuk berpindah ke perusahaan lain.

Handoko (2000:322) menyatakan, ”Perputaran (turnover) merupakan tantangan khusus bagi pengembangan sumber daya manusia. Karena kejadian-kejadian tersebut tidak dapat    diperkirakan, kegiatan-kegiatan pengembangan harus mempersiapkan setiap saat pengganti karyawan yang keluar. Di lain pihak, dalam kasus nyata, program pengembangan perusahaan yang sangat baik justru meningkatkan intensi turnover.

Daftar Pustaka
 
As’ad,  Mohammad.  Psikologi  Industri. Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1998.

Byars., 2001., Manajemen Sumber Daya Manusia., Andi., Yogyakarta.

Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001, The  Role  of  Satisfaction  With  Territory  Design  on  the  Motivation, Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople,”Journal  of the Academy of Marketing Science, Volumen 29, No. 2, P. 165-178

Low. George. S., 2001, Antecedents and Consequences of Salesperson Burnout,”
European Journal of Marketing, Vol. 35, No. 5/6, p. 587-611

Mas’ud  Fuad,  2004, Survei  Diagnosis  Organisasional  Konsep  &  Aplikasi”,
Universitas Diponegoro Semarang

Meyer, JP., Natalie, J Allen., Smith, Catherine A (1993), Commitment to Organization and Occupation: Extensions and Test of Three Component Conceptualization”, Journal of Applied Psychology, Vol. 78 No. 4, p. 538-
551.

Robbins, SP, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok
Gramedia, Indonesia.

Russ, F.A., & McNelly,  K.M. 1995. Link among satisfaction,  commitmen  and turnover intension: the moderating effect of experiences, gender and perfomance. Journal of Business Research, 34: 57-65

Seymour, Muchinsky, PM, 1985, Job Satisfaction and Job Performance: A Meta
Analysis, Psychological Bulletin, Vol. 97., p. 251-273.

Steers,  Richard  M  dan  LW  Porter,  1987,  Motivation  and  Work  Behavior, Fourth Edition, New York, Mc Graw Hill.

Toly Agus, A, 2001. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi  Turnover  Intentions Pada Staf Kantor Akuntan  Publik, Jurnal Akuntans,  Universitas  Kristen Petra, Vol 3, No. 2